Peranan Diagnosis dan Perbaikan Belajar

Wednesday, October 12, 2011

Peranan Diagnosis dan Perbaikan Belajar

Sebelum kita membahas peranan diagnosis dan perbaikan belajar, ada baiknya kita bahas dulu mengapa seorang guru memerlukan pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan diagnosis dan perbaikan belajar.

Dalam kehidupan persekolahan, seorang guru selalu berhadapan dengan sejumlah murid yang mempunyai ciri khas masing-masing. Secara ekstrim dikatakan bahwa sebenarnya setiap anak berbeda satu dengan yang lainnya sebagaimana berbedanya sidik jari.

Untuk memberikan kesempatan berkembang yang wajar bagi anak di luar rata-rata ini, seorang guru perlu memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan diagnosis dan perbaikan belajar. Dia memerlukan pengetahuan dan keterampilan untuk ‘melihat’ adanya kemampuan yang menyimpang dari kemampuan rata-rata, melaksanakan suatu ‘pengujian atau pemeriksaan’ tentang penglihatannya itu , dan akhirnya memprakarsai tindakan perbaikan dalam mengajar dan belajar, hingga anak yang kemampuannya menyimpang tersebut dapat berkembang sesuai dengan kecepatannya.

Diantara peranan yang penting tersebut beberapa di antaranya diuraikan berikut ini:

  1. Diagnosis dan perbaikan belajar mempunyai peranan sangat penting dalam membantu murid untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. Keberadaan program diagnosis dan perbaikan belajar sangat besar artinya bagi siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda dari kemampuan umum teman-temannya sekelas. Tanpa adanya program diagnosis dan perbaikan belajar, anak yang kurang mampu akan selamanya tertinggal dari teman-temannya, dan anak yang pintar mungkin akan menyalurkan kemampuannya yang berlebih ke hal-hal yang negatif.
  2. Diagnosis dan perbaikan belajar membuat guru lebih mengenal murid-muridnya. Program ini akan menyadarkan guru akan ‘keanekaragaman’ muridnya. Kesadaran ini akan mendorong guru untuk lebih memvariasikan kegiatan belajar-mengajarnya yang dikelolanya sehingga setiap murid dalam kelas dapat memetik manfaatnya.
  3. Akibat dari butir 1 dan 2 program diagnosis dan perbaikan belajar akan sangat berperan dalam meningkatkan kepuasan guru mengajar dan kepuasan murid belajar. Murid yang belajar dalam kondisi yang memungkinkan dia maju sesuai dengan kecepatannya akan merasa memiliki suatu kemampuan karena dia dapat menguasai apa yang dipelajarinya.

Prinsip-prinsip Diagnosis dan Perbaikan Belajar

Dalam melaksanakan diagnosis dan perbaikan belajar beberapa hal perlu diperhatikan dengan cermat dan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan.

1) Belajar adalah suatu perbuatan yang sangat kompleks. Keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kadang-kadang susah untuk dipisah-pisahkan

2) Sehubungan dengan butir 1, kesulitan belajar juga disebabkan oleh berbagai faktor yang kadang-kadang berinteraksi satu dengan yang lainnya.

3) Gejala kesulitan belajar dapat muncul dalam berbagai bentuk

4) Diagnosis dan perbaikan belajar hendaknya dilakukan sedini mungkin

5) Ketercapaiannya dan rasa simpati merupakan dasar pelaksanaan diagnosis dan perbaikan belajar

6) Diagnosis yang tepat akan menghasilkan perbaikan belajar yang mungkin tepat pula

7) Perbaikan belajar bersifat unik. Artinya, perbaikan belajar yang efektif untuk seorang murid belum tentu efektif untuk murid lainnya.

Prosedur Perbaikan Belajar Mengajar

@ Analisis hasil diagnosis

Kegiatan perbaikan belajar-mengajar dimulai dengan menganalisis hasil diagnosis. Hasil diagnosis diharapkan memberi/menyediakan informasi tentang ‘jenis kesulitan khusus’ yang dialami oleh murid serta penyebab munculnya kesulitan belajar tersebut. Misalnya dalam kasus Tuti, kesulitan khususnya dalam hal mengingat fakta-fakta, sedangkan perkiraan penyebab kesulitan itu adalah kurangnya motivasi untuk belajar IPS, daya ingatan Tuti yang lemah, dan kurangnya waktu untuk menghafal.

@ Menentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan

Berdasarkan analisis hasil diagnosis, guru menentukan bidang-bidang yang perlu mendapat perbaikan. Dalam hal ini, guru perlu mengelompokkan bidang-bidang tersebut ke dalam bidang-bidang yang:

  1. Mungkin ditanganinya sendiri
  2. Mungkin ditangani dengan bantuan orang lain dan
  3. Tidak mungkin ditangani oleh guru.

Masalah/bidang-bidang yang mungkin ditangani sendiri oleh guru sendiri adalah bidang yang langsung berkaitan dengan proses belajar-mengajar.

@ Menyusun program perbaikan

Setelah menetapkan bidang yang mungkin ditangani oleh guru sendiri, guru mulai menyusun program perbaikan belajar mengajar. Dalam hal ini guru mengembangkan setiap komponen program yang mencakup.

  1. Tujuan perbaikan
  2. Materi perbaikan
  3. Metode penyampaian
  4. Waktu yang diperlukan
  5. Penilaian kemajuan murid.

Program dapat dikembangkan untuk sekelompok murid yang mempunyai kesulitan belajar dalam bidang yang sama, misalnya kelompok murid yang mendapat kesulitan dalam memahami konsep penjumlahan atau menghafal fakta-fakta. Namun, lebih sering program ini perlu disusun untuk seorang murid yang mendapat kesulitan khusus.

@ Melaksanakan program perbaikan

Setelah program direncanakan, tiba saatnya kini untuk melaksanakannya. Yang menjadi tanda tanya besar adalah ‘kapan’ program ini harus dilaksanakan dan bagaimana dengan waktu pelaksanaannya.

Perbaikan belajar mengajar pada umumnya merupakan program tambahan bagi mereka yang memerlukannya agar mereka dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, guru diharapkan rela menyediakan waktu tambahan bagi para murid yang memerlukannya. Lebih-lebih jika yang memerlukan bantuan ini hanya beberapa orang murid, tentu mustahil melaksanakannya pada jam pelajaran sekolah tanpa mengorbankan waktu belajar murid lain.

Bentuk-bentuk perbuatan belajar

Dalam bentuk-bentuk di bawah ini, digunakan istilah-istilah psikologis seperti halnya dengan aspek-aspek kepribadian, misalnya, istilah kognitif, sensorimotorik, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering dikenal dengan nama ‘fungsi-fungsi psikis’ yaitu ciri-ciri khas manusia untuk menghadapi lingkungan hidup yang meliputi orang, dan benda, kejadian/peristiwa.

Semua bidang belajar ini tercakup dalam “lima jenis belajar’ yang secara berturut-turut dijelaskan di bawah ini.

@ Informasi verbal (verbal information)

Yang dimaksudkan dengan informasi verbal ialah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis. Pengetahuan itu diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa juga, lisan atau tertulis. Jadi yang memiliki pengetahuan tertentu, kemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan pula kepada orang lain di berbagai bidang studi, sehingga menjadi orang yang ‘berpengetahuan’. Dalam banyak hal, pengetahuan berkaitan satu sama lain, sehingga seseorang dapat memperoleh seperangkat pengetahuan (body of knowledge) di berbagai bidang, baik bidang yang lebih bersifat praktis, maupun yang lebih bersifat teoritis (bidang studi).

@ Kemahiran intelektual (intellectual skill)

Yang dimaksud dengan kemahiran intelektual ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar).

Kemahiran intelektual dikategorikan menjadi empat yang diurutkan secara hirerkis, artinya sub kemampuan yang ada dibawah menjadi prasyarat bagi sub kemampuan yang diatasnya dan tercakup di dalamnya. Empat sub kemampuan tersebut adalah :

  • Diskriminasi jamak (multiple discrimination) adalah kemampuan mengadakan diskriminasi, orang mampu membedakan objek yang satu dari yang lainnya.
  • Konsep (concept)

Konsep atau pengertian adalah satuan dari yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sama.

  • Kaidah (rule)

Bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan suatu keturunan.

  • Prinsip

Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks.

@ Pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy)

Gagne menyebut ‘cognitive strategy’ sebagai cara menangani aktivitas belajar dan berpikir sendiri. Kemampuan mengatur kegiatan kognitif pada diri sendiri, mempunyai aplikasi yang luas sekali. Makin mampu seorang dalam hal ini, makin baik pula hasil pemikirannya.

@ Keterampilan motorik (motor skills)

Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peranan yang sangat pokok. Sebagai contoh; seorang pengemudi sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraannya sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh penanganan peralatan kendaraan dan perhatiannya dapat dipusatkan pada arus lalu lintas di jalan.

@ Sikap (attitude)

Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap yang mantap mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan.

Faktor bahan atau hal yang harus dipelajari

Bahan atau hal yang harus dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan bagaimana hasil yang dapat diharapkan.

Misalnya saja, belajar mengenai keterampilan dan belajar mengenai pemecahan soal tidaklah sama. Kompleksitas hal yang harus dipelajari juga besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar. Bertitik tolak dari hal yang harus dipelajari itu, misalnya kita mengenal

1) Belajar bahasa (verbal learning)

2) Belajar rangkaian huruf tanpa arti (non sensase syllabus learning)

3) Belajar serangkaian bahan (serial learning)

Faktor-faktor lingkungan

Faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok

1) Lingkungan alami

2) Lingkungan sosial

Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya maupun yang terwujud hal-hal lain, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Dalam banyak hal, terdapat pengaruh kurang menguntungkan dari lingkungan terhadap proses belajar, seperti suara mesin pabrik, dan hiruk pikuk lalu lintas

Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan pula. Faktor-faktor ini dapat berwujud gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan sebagainya.

Evaluasi mengenai keberhasilan usaha belajar harus memperhitungkan faktor-faktor instrumental itu.

Kondisi individu pelajar

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, barangkali kondisi individu pelajar yang memegang peranan paling menentukan. Jika diuraikan, kondisi individu ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

@ Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Di samping kondisi fisiologis umum itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi pancaindera, terutama penglihatan dan penginderaan.

@ Kondisi psikologis

Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis itu. Beberapa faktor yang utama akan dikemukakan yaitu :

1.

    • Minat
    • Kecerdasan
    • Bakat
    • Motivasi
    • Kemampuan-kemampuan kognitif

Proses belajar informasi verbal

Diawali dari anak kecil yang dimulai mengetahui nama untuk konsep-konsep konkret yang sederhana. Kesulitan akan timbul jika siswa di sekolah mempelajari pasangan kata-kata, seperti menghafal pedoman kata Indonesia, Inggris, misal “kursi – chair’.

Kesulitan ini dapat diatasi dengan :

1) Mempelajari daftar kata-kata secara berulang-ulang (mengulang dengan tujuan meningkatkan penyimpanan, lebih baik kerap mengulang dalam waktu yang tidak terlalu lama)

2) Menciptakan suatu siasat untuk mengarahkan pedoman kata-kata dalam ingatan. Menciptakan suatu bayangan yang berfungsi sebagai penghubung antara kedua kata yang harus dihafal.

Beberapa fase dalam jalur belajar informasi verbal ataupun tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu, adalah sebagai berikut:

1) Fase motivasi; cukup berperan jika siswa mempelajari banyak pedoman kata-kata atau banyak fakta.

2) Fase mengolah; perlu mendapat tekanan pada belajar fakta, karena dalam fase ini siswa mengadakan organisasi yang pada dasarnya berwujud mencari makna atau arti, yang kemudian dituangkan dalam suatu perumusan verbal.

3) Fase menggali; berperan sekali jika fakta yang telah dihafal, dimasukkan kembali di dalam LTM (long term memory), untuk dipelajari kembali (review) atau dihubungkan dengan fakta baru.

4) Fase prestasi; mengambil wujud menuangkan informasi yang dimiliki dalam perumusan verbal yang tepat, sehingga orang lain dapat menangkapnya dengan jelas.

Kondisi ekstern yang berlaku dalam belajar informasi verbal mencakup:

1) Cara informasi itu disajikan

2) Pengaturan waktu yang dilakukan untuk menyebarkan periode-periode waktu mengulang kembali pedoman kata yang sedang dipelajari.

Proses belajar kemahiran intelektual

Menurut Gagne hasil belajar dan belajar kemahiran intelektual ini menunjukkan suatu urutan hierarkis. Urutan tersebut adalah jalur belajar persepsi. Konsep, kaidah dan prinsip yang secara berturut-turut yaitu:

Belajar perseptual

Belajar perseptual memegang peranan besar di Taman Kanak-kanak dan di kelas rendah sekolah dasar. Diawali dengan belajar untuk menemukan perbedaan-perbedaan antara benda-benda menurut ciri-ciri fisik.

Beberapa fase dalam belajar perseptual atau tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu yaitu:

1) Fase konsentrasi. Sangat berperan, terutama dalam mengamati melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Kalau objeknya banyak, pengamatan harus diulang-ulang.

2) Fase pengolahan, perlu mendapat tekanan, karena dalam fase ini ditentukan apakah sesuatu berbeda atau sama dengan yang lain dan perbedaan/kesamaan itu menyangkut ciri fisik apa.

3) Fase prestasi; mengambil wujud suatu perbuatan, seperti menunjuk dengan jari atau memakai beberapa kata untuk menyatakan sama atau lain

4) Fase umpan balik, cukup berperan sebagai konfirmasi terhadap diskriminasi yang telah dibuat.

Kondisi intern

Siswa harus memiliki peralatan indera yang normal, yang mampu mengamati perbedaan-perbedaan dalam ciri-ciri dan fisik, ciri-ciri fisik itu harus “dicatat” dengan seksama selama fase konsentrasi dan diolah dengan teliti supaya berlangsung persepsi-persepsi yang tepat.

Belajar konsep

Belajar konsep menuntut kemampuan untuk menemukan ciri-ciri yang sama pada sejumlah objek. Maka belajar konsep ini dibagi dua yaitu belajar konsep konkret dan belajar konsep yang didefinisikan

@ Belajar konsep konkret

Siswa perlu mengadakan diskriminasi yang cermat untuk dapat menemukan ciri-ciri fisik yang sama dan ciri-ciri yang berbeda. Oleh karena itu, siswa berinteraksi dengan lingkungan hidup yang berwujud dan memperoleh konsep-konsep yang langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik itu.

Beberapa fase dalam belajar konsep konkret atau tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu adalah:

  • Fase konsentrasi, ciri-ciri fisik yang perlu berbeda-beda harus diamati secara cermat dan ini membutuhkan konsentrasi
  • Fase mengolah, ciri-ciri yang sama diambil bersama-sama.
  • Fase prestasi; siswa membuktikan bahwa dia sudah memiliki konsep yang dipelajari dengan menunjukkan atau memisah-misahkan, kerap disertai dengan menyebutkan nama untuk konsep itu.
  • Fase umpan balik, cukup berperan sebagai konfirmasi terhadap penggolongan yang telah dibuat.

@ Belajar konsep yang didefinisikan

Siswa menghadapi suatu tantangan khusus, karena ciri-ciri atau sifat-sifat yang sama, tidak dapat ditemukan (hanya) melalui pengamatan. Maka, belajar konsep semacam ini berlangsung melalui membaca penjelasan dalam bentuk bahasa tertulis atau mendengarkan penjelasan dalam bentuk bahasa lisan.

Proses belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik menurut kemampuan untuk meningkatkan sejumlah gerak-gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan lurus, tanpa perlu memikirkan lagi secara rinci apa yang dilakukan.

Keterampilan motorik mengutamakan gerakan-gerakan otot-otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namun diperluka pengamatan melalui alat-alat indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman.

Biasanya suatu keterampilan motorik terdiri atas sejumlah sub komponen yang merupakan sub keterampilan bagian.

Beberapa fase dalam belajar keterampilan motorik atau tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu adalah sebagai berikut :

1) Fase motivasi; sangat berperan, lebih-lebih bila keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha berkelanjutan dan banyak waktu untuk latihan.

2) Fase konsentrasi, berperan dalam belajar keterampilan yang menuntut pengamanan terhadap lingkungan untuk menentukan posisi badan dan memperkirakan jarak, seperti dalam belajar bermain olah raga sepak bola

3) Fase pengolahan, mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri, baik sub keterampilan mampu keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai pengaturan yang baik.

4) Fase menggali; menggali program mental yang tersimpan dalam LTM (dari ingatan)

5) Fase umpan balik; pengesahan merupakan wujud umpan balik, intrisik atau ekstrinsik sebagaimana diterangkan diatas.

Kondisi intern

Motivasi sebagai penunjang. Bila kompleksitas keterampilan yang dipelajari menuntut supaya sub-subketerampilan dilatih lebih dahulu, sub-subkomponen itu menjadi prasyarat yang harus dipenuhi lebih dahulu.

Kondisi ekstern

Menyangkut komunikasi kepada siswa mengenai prosedur yang harus dipegang sebagai pola disertai demonstrasi dalam bentuk gambar, diagram, film atau contoh nyata. Selain itu, siswa akan sangat tertolong bila waktu-waktu untuk latihan diatur dengan baik.

Proses belajar sikap

Belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna.

Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan (action), lebih-lebih terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beberapa alternatif.

Dalam rangka belajar sikap, pemberian prestasi dalam bentuk-bentuk konkret, yang dilakukan berkali-kali menjadi ukuran yang meyakinkan bahwa sikap yang dituju sudah diperoleh.

Belajar sikap dapat berlangsung dengan dua cara:

1) Conditioning menurut pola yang dikembangkan oleh Paplov yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Untuk membangkitkan rasa takut seorang anak pada kelinci, Paplov mulia dengan menimbulkan suara keras yang menimbulkan reaksi spontan; terkejut dan takut. Sesaat sebelumnya, kelinci itu ditaruh dekat pada anak. Kejadian ini diulang sampai beberapa kali.

2) Conditioning menurut pola yang dibentangkan oleh Skinner (operant conditioning)

Pola ini mendapat aplikasi yang luas dalam mengelola pengajaran di sekolah dan dalam mendidik siswa, serta dipakai dalam belajar sikap. Bila siswa telah memberikan suatu prestasi yang tepat, dia mungkin diperbolehkan untuk berbuat sesuatu yang lain, yang memang disukainya.

Manifestasi hasil perbuatan belajar

Setiap jenis belajar mencakup jenis perilaku tertentu, misalnya belajar informasi verbal secara psikologis berbeda dengan belajar kemahiran intelektual, juga berbeda dengan belajar bidang kognitif yang lain.

Setiap kategori hasil belajar bersama dengan jalur belajar yang sesuai, membentuk suatu jenis belajar, yang masing-masing mencakup suatu jenis perilaku tertentu.

Hasil belajar informasi verbal

Dalam belajar informasi verbal seringkali individu memanfaatkan hasil dari ”belajar kemahiran intelektual” dan belajar pengaturan kegiatan kognitif. Belajar informasi verbal ini akan menghasilkan pengetahuan yang mengandalkan kemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa, sehingga dapat dikomunikasikan dengan orang lain.

Hasil belajar kemahiran intelektual

Menurut Gagne hasil belajar kemahiran intelektual adalah:

1) Persepsi ialah kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara objek-objek berdasarkan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda antara objek itu

2) Konsep ialah kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara golongan objek dan sekaligus mengadakan generalisasi dengan mengelompokkan objek yang mempunyai satu atau lebih ciri yang sama.

3) Kaidah adalah kemampuan untuk menghubungkan beberapa konsep, sehingga terbentuk suatu pemahaman baru yang mewakili kenyataan yang biasanya terjadi.

4) Prinsip adalah kemampuan untuk menggabungkan beberapa kaidah, sehingga pemahaman yang lebih tinggi, yang membantu memecahkan suatu problem atau masalah.

Pengertian model belajar

Suatu model belajar ialah suatu rencana atau suatu pola pendekatan yang digunakan untuk mendisain pengajaran. Model mengajar mengandung strategi mengajar, yaitu pola urutan kegiatan instruksional yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Sedangkan di dalam strategi mengajar terdapat strategi instruksional dan keterampilan teknis mengajar yang amat spesifik, seperti keterampilan mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan pengarahan, menstruktur dan mereaksi terhadap jawaban murid .

Pengertian model itu sendiri seringkali memang menimbulkan kekaburan, pengertiannya bisa bermacam-macam bagi setiap orang. Model ialah penyederhanaan atau simplifikasi dari sejumlah aspek dunia nyata.

Dari hasil observasi dan penelitian yang telah dilakukan terhadap pendekatan mengajar belajar yang beraneka ragam dan telah banyak dipraktekkan di sekolah-sekolah secara luas, serta penelitian terhadap berbagai teori belajar mengajar yang muncul dalam periode tiga puluh tahunan terakhir ini, disimpulkan paling tidak terdapat empat rumpun besar model-model mengajar yaitu:

1) Model pemprosesan informasi

2) Model personal

3) Model sosial dan

4) Model perilaku

Pengaruh atau dampak pelaksana suatu model terhadap perubahan perilaku anak didik dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu ; dampak langsung atau disebut juga sebagai efek instruksional, dan dampak tak langsung yang secara implisit ikut memberikan perubahan, biasanya disebut sebagai dampak penyerta, atau disebut juga sebagai efek nurturan.

Dampak pertama akibat dari arahan yang diberikan secara sengaja pada anak didik, atau dampak instruksional, sedangkan dampak kedua datang sebagai pengalaman yang lahir dari lingkungan belajar yang secara tidak sengaja muncul mengiringi dampak instruksional itu.

Metode perbaikan belajar mengajar

Sejauh ini yang sudah kita bicarakan adalah perbaikan belajar-mengajar bagi murid yang mengalami kesulitan belajar, yang umumnya memperlihatkan hasil belajar di bawah rata-rata kelas.

Dalam kaitan ini, pada umumnya kita mengenal 2 jenis program perbaikan belajar mengajar. Yang pertama adalah program yang disediakan bagi anak yang berbakat dan yang kedua adalah program penyembuhan atau pengajaran remedial yang disediakan bagi murid yang mengalami kesulitan belajar.

Metode perbaikan belajar mengajar yang diterapkan dalam program penyembuhan ada bermacam-macam sesuai dengan hakikat kesulitan yang perlu disembuhkan. Pada umumnya metode-metode tersebut tidak jauh berbeda dari metode yang berlaku dalam kegiatan belajar mengajar biasa, Cuma tekanan dan pelaksanaannya yang berbeda sesuai dengan masalah/kesulitan yang ingin disembuhkan.

Metode yang digunakan dalam perbaikan belajar-mengajar mempunyai ciri-ciri khusus, di antaranya Memanfaatkan latihan khusus seperti latihan membaca kata-kata tertentu, mengerjakan soal-soal yang sudah dirancang secara khusus, dan latihan menggunakan kata-kata tertentu. Metode seperti ini biasanya diterapkan bagi murid yang daya tangkapnya lemah.

jenis jenis diagnosis kesulitan belajar

Pembelajaran Remedial

  1. Pengertian Pembelajaran Remedial

Proses pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang tidak hanya sekedar penyampaian informasi dari guru kepada siswa tetapi ada interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Gagne, pembelajaran adalah usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa belajar dimana pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya belajar siswa. [1]

Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pembelajaran remedial memegang peranan penting, khususnya dalam rangka pencapaian hasil belajar yang optimal. Pembelajaran remedial merupakan suatu cara atau proses yang dilakukan siswa yang mengalami kesulitan, agar siswa tersebut bisa mencapai prestasi yang memadai.

Dilihat dari segi arti katanya remedial berarti bersifat menyembuhkan, membetulkan ataupun membuat menjadi baik.[2] Hal tersebut senada dengan Abu Ahmadi yang mendefinisikan bahwa pengajaran remedial (remedial Teaching) adalah suatu bentuk pengajaran yang membuat menjadi baik.[3]

Proses pengajaran ini bersifat lebih khusus karena disesuaikan dengan jenis dan sifat kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran remedial merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari usaha diagnosis kesulitan belajar yang telah dilakukan. Proses bantuan ini lebih ditekankan pada usaha perbaikan, cara-cara belajar, cara mengajar, penyesuaian materi pelajaran, penyembuhan hambatan-hambatan yang dihadapi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran yang merupakan bantuan atau perbaikan seperti cara mengajar, media pelajaran, metode mengajar, materi pelajaran, lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar.

2. Ciri-ciri pembelajaran remedial

Untuk memperjelas perbedaan antara pembelajaran remedial dengan bentuk pengajaran biasa berikut ini dikemukakan ciri-ciri pembelajaran remedial menurut User Usman dan Lilis Setiawati yang dibandingkan dengan pengajaran biasa (regular).

  1. Kegiatan pembelajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pembelajaran remedial diadakan setelah diketahui kesulitan belajar kemudian diadakan pelayanan khusus.
  2. Tujuan pembelajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Pembelajaran remedial tujuannya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
  3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasa sama untuk semua siswa, sedangkan metode pembelajaran remedial bersifat diferensial disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar.
  4. Pembelajaran biasa dilaksanakan oleh guru kelas atau guru bidang studi, sedangkan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui kerjasama berbagai pihak, guru pembimbing, konselor dan sebagainya.
  5. Pendekatan dan teknik pembelajaran remedial disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa, sedangkan pembelajaran biasa bersifat umum dan sama.
  6. Alat dan evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran remedial disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa, sedangkan pembelajaran biasa evaluasinya menggunakan alat yang bersifat seragam dan kelompok.[4]

Jadi, pembelajaran remedial merupakan pembelajaran yang bersifat khusus dimana pembelajaran remedial baru dilaksanakan setelah mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa. Metode, pendekatan serta teknik yang digunakan dalam pembelajaran remedial disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

3. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Remedial

a. Tujuan pembelajaran remedial

Secara umum tujuan pembelajaran remedial tidak berbeda dengan pembelajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun secara khusus tujuan Pembelajaran remedial ini adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan sekolah melalui proses perbaikan. Menurut User Usman dan Lilis Setiawati secara terperinci tujuan pembelajaran remedial adalah:

  1. Siswa memahami dirinya khususnya yang menyangkut prestasi belajar yang meliputi kelebihan dan kelemahannya, jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi.
  2. Siswa dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan belajar yang dihadapi.
  3. Siswa dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.
  4. Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajar.
  5. Siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya prestasi belajar yang lebih baik.
  6. Siswa dapat mengerjakan tugas lebih baik.[5]

Dari uraian di atas maka jelaslah bahwa tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga ia dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian siswa mampu mengatasi hambatan belajarnya yang akan memberi motivasi kepada dirinya untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

b. Fungsi Pembelajaran Remedial

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengungkapkan pembelajaran remedial mempunyai fungsi yang penulis sarikan sebagai berikut:

1) Fungsi korektif, artinya pembelajaran remedial dapat dilakukan dalam pembetulan atau perbaikan dalam hal penulisan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat belajar, evaluasi dan sebagainya.

2) Fungsi pemahaman, artinya pembelajaran remedial, guru dan siswa atau pihak lainnya dapat memperoleh yang lebih baik mengenai pribadinya sendiri.

3) Fungsi penyesuaian, artinya pembelajaran remedial dapat membentuk siswa yang mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri di lingkungan tempat belajarnya.

4) Fungsi Pengayaan, artinya pembelajaran remedial dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi lebih luas, lebih banyak dan lebih mendalam dibandingkan dengan pengajaran regular.

5) Fungsi Akselerasi, artinya pembelajaran remedial dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari segi waktu maupun materi, sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.

6) Fungsi Therapeutic, artinya secara langsung atau tidak, pembelajaran remedial dapat membantu atau menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian siswa yang menyimpang, sebaliknya pencapaian prestasi belajar dalam pembelajaran juga mempengaruhi pribadi siswa.[6]

Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa fungsi pembelajaran remedial adalah untuk membantu guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi belajarnya.

4. Pendekatan dan Metode dalam Pembelajaran Remedial

Adapun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran remedial sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, adalah :

  1. Pendekatan yang bersifat kuratif

Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tertentu.

Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:

1) Pengulangan

2) Pengayaan/pengukuhan

3) Percepatan

  1. Pendekatan yang bersifat preventif

Pendekatan ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi diprediksikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1) Bagi yang termasuk kategori normal mampu menyelesaikan program belajar mengajar biasa sesuai dengan waktu yang disediakan.

2) Bagi mereka yang diperkirakan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan program dengan batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan prediksi tersebut maka layanan pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk:

a) Kelompok belajar homogen

b) Individual

c) Kelompok dengan kelas remedial

  1. Pendekatan yang bersifat pengembangan

Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung (during teaching diagnostic).

Sasaran pokok dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan berhasil.

Sedangkan metode yang digunakan, yaitu:

1) Tanya jawab

2) Diskusi

3) Tugas

4) Kerja kelompok

5) Tutor

6) Pengajaran individual.[7]

Dalam pembelajaran remedial guru harus menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran secara khusus sesuai dengan tingkat kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran remedial dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu untuk membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.

B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Setelah terjadi proses belajar mengajar maka diharapkan terjadi suatu perubahan pada diri siswa, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap perubahan tingkah laku inilah disebut hasil belajar. Jadi hasil belajar merupakan nuansa kegiatan belajar dan merupakan cerminan dari tingkat penguasaan dan pengetahuan serta keterampilan siswa.

Menurut Muhibbin Syah bahwa hasil belajar adalah penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.[8] Sedangkan menurut Nana Sudjana bahwa “hasil belajar adalah terjadinya perubahan pada diri sendiri ditinjau dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.”[9]

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan yang telah dicapai oleh siswa dengan perubahan yang telah diberikan atau disiapkan oleh sekolah melalui belajar mengajar.

Setelah terjadi proses belajar mengajar, maka diharapkan terjadi suatu perubahan pada diri pelajar, baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Perubahan tidak langsung inilah yang disebut hasil belajar. Jadi hasil belajar merupakan muara kegiatan belajar dan merupakan cerminan dari tingkat penguasaan dan keterampilan pembelajar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar pendidikan Agama Islam adalah hasil yang dicapai seseorang dalam waktu atau hasil perubahan tingkah laku dalam waktu tertentu dalam mempelajari pendidikan Agama Islam.

Menurut Saiful Djamarah dan Asman Zain, belajar dikatakan berhasil apabila:

  1. “Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok
  2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa baik secara individu maupun Kelompok.” [10]

Pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga tidaklah mengherankan apabila hasil belajar dari sekelompok siswa bervariasi. Setiap siswa dalam sistem pengajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Menurut Nana Sudjana, ada 5 faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa:

  1. Bakat siswa
  2. Waktu yang tersedia untuk belajar
  3. Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran
  4. Kualitas pengajaran
  5. Kemampuan individu[11]

Hasil belajar diartikan hasil optimal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar. Olehnya itu dapat dilakukan sebagai alat ukur digunakan tes hasil belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar pendidikan Agama Islam adalah hasil yang dicapai seseorang dalam waktu tertentu dalam mempelajari pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan hasil belajar pendidikan Agama Islam adalah nilai yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar pendidikan Agama Islam. Tes tersebut mengandung aspek kognitif yang diarahkan pada unsur pemahaman dan unsur aplikasi atau penerapan.

0 comments:

Post a Comment